Kamis, 29 Januari 2015

KPK vs POLRI

 
Pengamat dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Aloysius Sukardan menilai, perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Polri saat ini sebagai hal yang positif dalam konteks penegakan hukum.
 
"Jika fenomena saat ini dilakukan dalam penegakan hukum menurut saya sangat positif karena negara ini bisa menghasilkan penegakan hukum yang benar-benar bersih," kata dekan Fakultas Hukum Undana ini. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebelumnya menetapkan calon tunggal Kapolri Komjen Budi Gunawan (BG) sebagai tersangka. Budi Gunawan akhirnya batal dilantik presiden walaupun sudah mendapat persetuan dari DPR.
 
Pada Jumat (23/1), Bareskrim Mabes Polri menangkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto (BW). Bambang ditangkap karena diduga telah menyuruh orang untuk memberikan keterangan palsu di muka persidangan di Mahkamah Kosntitusi terkait sengketa pilkada Kota Waringin di Kalimantan Tengah. Artinya, menurut hemat dia, jika tindakan yang dilakukan KPK maupun Polri saat ini untuk penegakan hukum maka harus dilihat secara positif, tetapi sebaliknya jika hanya sekedar saling menjegal diantara dua lembaga penegak hukum ini maka justeru akan melemahkan proses penegakan hukum di negara ini.

Kacamata hukum
 
Dalam kaitan dengan penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto (BW) Aloysius Sukardan mengatakan, dalam kacamata hukum, tindakan Polri adalah dalam kerangka penegakan hukum.  "Sebagai akademisi, saya melihat kasus ini dari kacamata hukum, bahwa penangkapan Bambang Widjojanto adalah kasus yang berdiri sendiri yang perlu dibuktikan lebih lanjut. Tidak ada kaitan dengan penetapan calon Kapolri Budi Gunawan sebagai tersangka," katanya.
 
Hanya saja, waktu penangkapan BW dilakukan polisi tidak terlalu lama berselang KPK menetapkan Komjen Budi Gunawan (BG) sebagai tersangka. Inilah yang bisa membuat publik bertanya-tanya, bahkan bisa dipolitisasi. "Kita harus mendukung semua lembaga penegak hukum untuk bekerja secara profesional. Siapapun dia, termasuk pimpinan KPK jika ada bukti melanggar hukum harus diadili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan pengadilan.
 
Coba kalau masyarakat kita punya pendirian : kalau dapat saya bantu, kalau tidak bisa saya tidak akan mengganggu. Sedikit bicara banyak bekerja. Ingatlah apapun yang kita kerjakan yang pasti kita tidak bisa lari dari kematian, mungkin kita bisa lari dari jaksa, polisi atau KPK. Dan ingatlah hari tua kita yang renta, pikun, kembali seperti anak-anak, tergantung orang lan, tidak bisa mengurus diri sendiri. Itulah fakta yang tidak bisa dibantah. Dan pikirkanlah bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk hidup setelah mati.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
sumber :

Pro Kontra Tiket Pesawat Murah

 
Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel (ASITA), Asnawi Bahar tidak bisa menyembunyikan kekesalannya pada maskapai penerbangan murah atau Low Cost Carrier (LCC) di Indonesia. Asosiasi travel mengaku kerap dibuat kesulitan karena kebijakan maskapai.

Salah satu kekesalan Asnawi soal ketidakjelasan pajak tiket ketika dilakukan pembatalan. Dia menuturkan, jika terbang dengan penerbangan murah dan melakukan pembatalan, maka tiket dinyatakan hangus. Padahal dalam tiket itu, penumpang sudah membayar pajak.

"Penerbangan murah perlu jujur. Penumpang sudah beli tiket, sudah bayar pajak dan sebagainya. Kalau batal, pajak itu kemana? dan itu tidak dikembalikan, tidak ada penjelasan," ucap Asnawi ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta.

Dia menyebutkan, potensi pajak yang tidak jelas penyalurannya itu cukup besar. Mengingat jumlah penumpang yang membatalkan penerbangan juga banyak. "Ada banyak penumpang, berapa coba duitnya. Pajaknya kemana. Harusnya dikembalikan," katanya.
 
 
 
APAKAH ada jaminan tiket mahal, penumpang pasti selamat? Terbukti Garuda, Singapore Airlines, Air France, Japanese Airlines pernah mengalami kecelakaan. Nasib penumpang tidak tergantung pada tiket mahal atau murah. Jika tiket murah, apakah faktor keselamatan menjadi murahan juga?
Bagaimana dong logikanya, murah kok minta selamat. Apalagi sekarang dolar sudah mahal. Itulah berbagai pernyataan di media sosial yang menunjukkan pro-kontra atas kebijakan Kementerian Perhubungan berupa perubahan penetapan batas bawah harga tiket penerbangan.
 
Muhammad Alwi, direktur Angkutan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, menyatakan kebijakan baru melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 91 Tahun 2014 itu membuat tak ada lagi harga tiket di bawah Rp 500.000. Kebijakan baru Menteri Perhubungan Ignasius Jonan itu jelas mengagetkan publik, yang selama ini menikmati penerbangan dengan tarif di bawah Rp 500.000. Bahkan banyak juga yang di bawah Rp 400.000. Dengan tiket berharga terjangkau itu, bandar udara (bandara) besar di Tanah Air menjadi hiruk-pikuk oleh keramaian calon penumpang. Atau, disesaki orang-orang yang baru tiba dengan penerbangan bertarif murah.
 
Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Kota Tangerang, juga masuk daftar 10 bandara tersibuk di dunia. Itu bisa terjadi karena masyarakat yang sebelumnya tak berpikir bisa naik pesawat, kini bisa mewujudkan keinginan mereka.
 
Gejala itu dipotret sebuah maskapai penerbangan kategori low cost carrier (LCC), yang mengusung semboyan ”Everyone Can Fly”. Karena itu, banyak orang kecewa atas kemunculan kebijakan yang memberatkan mereka. Kebijakan itu muncul setelah terjadi kecelakan pesawat Air Asia QZ8501, baru-baru ini. Pihak yang kecewa menilai, kebijakan itu mengambinghitamkan tiket murah setelah terjadi kecelakaan terhadap Air Asia yang masuk kategori LCC.
 
Kebijakan baru itu juga seakan-akan menyeret publik ke adagium lama bahwa sesuatu yang murah identik dengan asalasalan, yang berujung pada ketidakselamatan. Pada berbagai kesempatan Jonan menyatakan pada prinsipnya lewat kebijakan baru itu, pemerintah membantu ”ruang keuangan” yang cukup untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan, standar keselamatan dan pelayanan.
 
Adalah logis perawatan pesawat, termasuk harga suku cadang yang dipengaruhi oleh nilai dolar AS karena harus impor, menjadikan biaya komponen lebih mahal. Faktanya, kini banyak harga tiket penerbangan lebih murah dibandingkan dengan harga tiket kereta api kelas eksekutif. Jonan membandingkan harga tiket kereta api rute Jakarta- Surabaya dan Jakarta-Yogyakarta yang kini sama, bahkan lebih mahal ketimbang harga tiket pesawat.
 
Padahal, biaya perawatan pesawat lebih mahal dan risiko yang dihadapi lebih tinggi. Masih Untung Namun argumentasi Jonan tak sepenuhnya dapat diterima. Sebab, maskapai penerbangan LCC bertarif terjangkau atau murah pun masih untung. Pasar LCC di Indonesia pun tumbuh sangat pesat. Orang yang semula naik kereta api eksekutif pun mulai berpaling ke penerbangan LCC. Mereka mempertimbangkan kecepatan waktu tempuh dan keekonomisan kereta api bila berpegang pada prinsip waktu adalah uang. Faktor kekurangnyamanan hanya dalam waktu satu jam penerbangan bukan kendala bagi kebanyakan orang. Salah satu kritik datang dari Wakil Ketua Komisi V DPR Yudi Widiana.
 
Dia mengemukakan pemberian izin operasi maskapai penerbangan melayani rute dan menjual tiket dengan harga relatif murah, jelas menunjukkan maskapai bersangkutan telah memenuhi berbagai prosedur yang ditetapkan pemerintah. Tentu dalam pemberian izin itu pemerintah tidak akan mengabaikan faktor keselamatan.
 
Bila dalam proses sebuah maskapai diketahui tak bisa memenuhi syarat keselamatan, tidak mungkin diberi izin. Jadi selama ini LCC yang telah membantu rakyat memenuhi kebutuhan transportasi yang cepat dan harga terjangkau tidak masalah lagi dalam hal keselamatan. Maka membenturkan tarif murah dan keselamatan bukan langkah yang tepat, kecuali terbukti pemenuhan syarat faktor keselamatan maskapai LCC selama ini bisa dijualbelikan oleh oknum aparat pemerintah yang berwenang di bidang itu. Dari berbagai argumentasi itu, kita patut menduga dan curiga berkait dengan banyak hal. Pertama, benarkah selama ini tarif penerbangan murah tidak bisa mengatasi biaya keselamatan?
 
Bila itu terjadi, berarti selama ini izin yang diberikan berdasar proses abal-abal, yang mengabaikan faktor keselamatan. Kedua, benarkah kebijakan itu merupakan upaya pemerintah menyelamatkan transportasi darat dan laut yang berpotensi terdesak oleh bisnis LCC yang tumbuh sangat pesat?
Sehingga bahkan sampai mengundang pemain asing untuk berkiprah memberikan jasa layanan kepada rakyat Indonesia. Lalu, kecelakaan terhadap Air Asia digunakan sebagai pintu masuk untuk menyelamatkan transportasi darat dan laut. Kita tentu berharap segera memperoleh jawaban atas kondisi yang sebenarnya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
sumber :

Teknologi Pencarian Black Box

Walaupun dinamakan kotak hitam tetapi sesungguhnya kotak tersebut tidak berwarna hitam melainkan berwarna jingga/oranye. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pencarian jika pesawat itu mengalami kecelakaan.” – wikipedia
 
Nah, bagi yang selama ini menganggap bahwa kotak hitam adalah berwarna hitam, ternyata salah. Tapi mengapa disebut kotak hitam?
 
Mungkin, karena dulunya pertama kali hitam, atau memang dari pertama ada, memang sudah orange. Bisa jadi karena orange, tapi karena mengalami kecelakaan pesawat, warnanya berubah menjadi hitam.
 
Sebenarnya, konotasi kotak hitam disini adalah bahwa tragedi atau misteri itu dikonotasikan dengan warna hitam. Kotak hitam (black box) pada pesawat terbang berfungsi untuk mencatat kegiatan pilot baik percakapan – cockpit voice recorder (CVR), maupun gerak pesawat terbang -flight data recorder (FDR) .
 
Data dari FDR dan CVR disimpan di memory boards di dalam crash-survivable memory unit (CSMU) – pelindung black-box1memory yang berbentuk silindris. Dengan alat ini lebih dari 700 macam parameter data dapat disimpan. Crash Survivable Memory Unit (CSMU) berisi papan memori dikelilingi oleh isolasi termal baju besi dan baja yang dapat menahan dampak kecelakaan ribuan kali gaya gravitasi dan bertahan di laut pada kedalaman 14.000 – 20.000 kaki (4,270 m-6.096 m).
 
Seluruh data yang dikumpulkan oleh sensor sensor di pesawat terbang di kirim ke flight-data acquisition unit (FDAU) yang terletak di hidung pesawat. FDAU inilah sebagai perantara sebelum data di simpan dalam kotak hitam.
 
Itulah sebabnya mengapa setiap ada kecelakaan pesawat terbang, kotak hitam inilah yang di cari oleh investigator, karena data-data terakhir sebelum terjadi kecelakaan terekam dalam kotak hitam ini. Biasanya data-data di dalam kotak hitam (black box) ini dirahasiakan oleh penyelidik karena berbagai alasan.
 
Pencarian blackbox ini dilakukan dengan beberapa cara, yakni menggunakan beberapa peralatan canggih yang bisa mendeteksi benda hingga ribuan meter di bawah permukaan laut. Peralatan yang digunakan dalam proses pencarian adalah Bluefin-21 dan Towed Pinger Locator (TPL). Kedua alat tersebut tampak berbeda, tapi mempunyai fungsi yang sama.
 
Towed Pinger Locator (TPL)
 
 
Bluefin-21


 Dalam kondisi normal, bluefin-21 dapat mencari hingga kedalaman 4500 meter dan dapat bertahan selama 25 jam, setelah itu diangkat lagi ke permukaan laut dan dianalisis data-data yang telah diperolehnya. Alat canggih selanjutnya adalah Towed Pinger Locator (TPL), ukuranya lebih kecil dan lebih ringan dari BLuefin-21. Bentuknya seperti ikan pari dengan cat berwarna kuning membuatnya bisa menyelam ke dalam laut hingga 20.000 meter. TPL dilengkapi denga Hyrophone yang sensitif dengan gelombang sinyal dan langsung terkoneksi sebagai titik koordinat terhadap sinyal yang ditemukanya.
 
Bisa juga menggunakan Teknologi Sonar yang saat ini sedang ramai diperbincangkan untuk mencari letak pesawat yang jatuh ke dalam laut. Sonar adalah suatu metode memanfaatkan perambatan suara di dalam air untuk mengetahui keberadaan obyek di bawah permukaan air. Secara garis besar sistem kerja sebuah peralatan sonar adalah mengeluarkan sumber bunyi yang akan menyebar di dalam air.

 
Teknologi Sonar

Bunyi ini akan dipantulkan obyek di dalam air dan diterima kembali sistem sonar tersebut. Berdasarkan penghitungan kecepatan perambatan suara di dalam air maka letak obyek dalam air dapat diketahui jaraknya dari sumber suara.

Pada peralatan sonar yang lebih canggih tak hanya keberadaan obyek, bentuk fisik atau bahan pembentuk obyek juga dapat diketahui.

Teknologi sonar kini dipakai untuk mendeteksi keberadaan kotak hitam dan puing pesawat AirAsia QZ8501. Gelombang suara yang dipantulkan sonar akan menyebar di dalam air dan mencari keberadaan obyek yaitu pesawat AirAsia QZ 8501.

Teknologi sonar sebelumnya juga digunakan mencari keberadaan pesawat Malaysia MH 370 yang hilang pada Maret 2014 lalu. Selama ini sonar telah dipergunakan untuk mendeteksi kapal selam, ranjau di kedalaman air, penangkapan ikan secara komersil, serta keselamatan dan komunikasi di bawah laut.











sumber:
http://www.beritasatu.tv/news/cara-kerja-teknologi-sonar-mencari-black-box/
http://wafiq-agito.blogspot.com/2015/01/teknologi-pencarian-untuk-mendeteksi.html
 

Teknologi di Balik Black Box

Terdapat berbagai versi dalam penemuan kotak hitam atau alat perekam dalam dunia penerbangan. Terlebih lagi ketika kecelakaan pesawat terbang, seringkali pesawat hancur sehingga sulit dicari sebab kecelakaan tersebut. Hal tersebut mendorong Dr.David Warren, seorang ahli ledakan, membuat alat yang dapat merekam semua informasi sebelum terjadi kecelakaan.
 
Idenya diambil dari sebuah alat tape recorder yang berukuran saku, dan disain dibuat di Australia, untuk dilanjutkan menjadi alat yang merekam semua arus komunikasi dalam penerbangan. Alat ini ini bisa merekam suara pilot dan semua data yang diterima dari 8 alat yang berbeda. Semua data ini bisa dipisah dan menghasilkan data yang akurat tentang penyebab kecelakaan. Alat ini kemudian dirancang untuk digunakan dalam perawatan dan pemeliharaan pesawat. Sehingga diketahui bagian mana yang mengalami tekanan.
 
Alat rekaman ini kemudian dimasukkan dalam kotak baja yang kuat untuk menjaga agar tidak ikut hancur ketika kecelakaan pesawat. Kotak ini kemudian dilapisi Asbes tahan api sehingga kabel-kabelnya tidak ikut rusak karena panas.
 
Masalah lain adalah ketika kekhawatiran pembicaraan para pilot selama penerbangan tersiar ke masyarakat umum dan disalahgunakan. Untuk mengatasi ini, dibuatkan komputer khusus yang disambungkan ke perekam. Dengan bantuan grafik, bisa dihasilkan gambar dari setiap kejadian.

 
Kotak hitam atau black box adalah sekumpulan perangkat yang digunakan dalam bidang transportasi - umumnya merujuk kepada perekam data penerbangan (flight data recorder; FDR) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder; CVR) dalam pesawat terbang.

 
 
Fungsi dari kotak hitam sendiri adalah untuk merekam pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara atau air traffic control (ATC) serta untuk mengetahui tekanan udara dan kondisi cuaca selama penerbangan. Walaupun dinamakan kotak hitam tetapi sesungguhnya kotak tersebut tidak berwarna hitam tetapi berwarna jingga (oranye). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pencarian jika pesawat itu mengalami kecelakaan.
 
Penempatan kotak hitam ini dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan. Umumnya terdapat dua unit kotak hitam yang diletakkan pada bagian depan pesawat dan bagian ekor pesawat, yang diyakini merupakan bagian yang utuh ditemukan.
 
Dalam perkembanganya. FDR dan CVR tidak lagi menggunakan magnetic tape sebagai media penyimpanan informasinya melainkan dengan menggunakan Microchip Solid State. Hal ini dikarenakan beberapa keunggulan dibandingkan dengan magnetic tape diantaranya :
  1. Solid state mampu merekam data FDR sekitar 700 parameter, sedangkan magnetic tape hanya hanya sekitar 100 parameter.
  2. Solid state mampu merekam data CVR selama 22 jam/siklus, sedangkan magnetic tape hanya mampu 30 menit/siklus.
Untuk dapat dianalisis, data dan FDR dan CVR dibaca dengan menggunakan peralatan dan piranti lunak khusus. Di Amerika Serikat, hal ini dilakukan di laboratorium badan keselamatan transportasi nasional National Transportation Safety Board (NTSB), yang memperoleh Read Out System dan Software dan pembuat Black Box. Proses ini dapat memakan waktu mingguan bahkan berbulan-bulan. Hasil analisa dan Black Box bukanlah satu-satunya sumber untuk dapat menyimpulkan penyebab suatu kece-lakaan. Para penyelidik di Indonesia yang dilaksanakan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) harus menggabungkan dan mengsinkronisasikannya dengan berbagai macam temuan lainnya untuk dapat menyimpulkan secara utuh dan komprehensif. Badan Otoritas Penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Administration (FAA)mewajibkan pesawat terbang komersial merekam sedikitnya 11 hingga 29 parameter, tergantung dari ukuran pesawat yang kemudian aturan ini diperbaharui pada tanggal 17 Juli 1997. Pesawat yang dibuat sesudah tanggal 19 Agustus 2002 diwajibkan untuk memiliki Black Box untuk merekam sedikitnya 88 parameter.
 
Seiring dengan perkembangan teknologi, Black Box (Kotak Hitam) ini juga terus dioptimasi agar fungsinya bisa semakin maksimal. Contoh kecil dahulu awal-awal ditemukan alat perekamnya masih menggunakan pita kaset biasa sekarang sudah diubah menjadi sebuah chip yang memiliki memori yang khusus, bahkan ada yang mengusulkan tidak hanya bisa merekam suara (voice), kedepan sebuah Black Box (Kotak Hitam) bisa dilengkapi dengan video recorder untuk merekam aktivitas pilot dan co pilot pada detik-detik menjelang kecelakaan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
sumber :
 

Pengukuran Kualitas Website

Mengukur kualitas Web dapat dilakukan dengan dua metode, yang pertama adalah dengan Metode Servqual dan yang kedua adalah dengan Metode Webqual. apa itu Metode Servqual & Metode Webqual???
 
Metode Servqual dikembangkan oleh Berry, Zeithaml, dan Parasuraman (1990). Dimana harapan, kepuasan pelanggan dan kualitas layanan mempunyai hubungan yang dapat diukur dari kualitas pelayanannya (service quality), kepuasan pelanggan dihitung dengan membandingkan predikasi dan presepsi dari pelanggan. Dalam kuesioner yang disebar nantinya akan terdapat penilaian pelanggan terhadap dua bagian penting yaitu:
 
  1. Bagian Ekspektasi, yang memuat pernyataan-pernyataan untuk mengetahui dengan pasti harapan umum (ekspektasi) dalam konsumen terhadap sebuah jasa.
  2. Bagian Persepsi, yang memuat pernyataan-pernyataan untuk mengukur pandangan konsumen terhadap perusahaan dengan kategori tertentu.

Metode Webqual merupakan salah satu metode atau teknik pengukuran kualitas website berdasarkan persepsi pengguna akhir. Metode ini merupakan pengembangan dari Servqual - yang disusun oleh Parasuraman, yang banyak digunakan sebelumnya pada pengukuran kualitas jasa. Instrumen penelitian pada Webqual tersebut dikembangkan dengan metode Quality Function Development (QFD).

Webqual dapat digunakan untuk menganalisis kualitas beberapa website, baik website internal perusahaan (intranet) maupun website eksternal. Persepsi penggunaan tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu persepsi tentang mutu layanan yang dirasakan (aktual) dengan tingkat harapan (ideal).





















sumber :
http://www.ittelkom.ac.id/
http://catur.dosen.akprind.ac.id/2010/09/01/mengukur-kualitas-website-dan-layanan-ti/